Masa depan mobil listrik tampak cerah. Apalagi kendaraan listrik digadang-gadang jadi masa depan transportasi yang terbukti ramah lingkungan. Hal inilah yang membuat banyak pecinta otomotif tertarik untuk memilikinya.
Berbicara mengenai tren mobil listrik, ternyata tidak hanya mencuri perhatian pecinta otomotif saja, melainkan juga Presiden Joko Widodo. Hal ini karena Indonesia harus bersiap untuk jadi kiblat industri kendaraan listrik. Bukan tanpa alasan lantaran bahan baku nikel yang Indonesia miliki memang melimpah.
Kupas Tuntas Masa Depan Mobil Listrik
Sejalan dengan pernyataan Presiden Jokowi, Indonesia memang memiliki banyak nikel. Material tersebut jadi salah satu bahan baku untuk membuat baterai dalam kendaraan listrik.
Terkait hal itu, sudah ada banyak pabrikan mobil yang memanfaatkannya. Sebut saja Wuling, Hyundai dan Toyota.
Bukan isapan jempol semata karena pabrikan tersebut memang telah merilis mobil listrik. Mobil listrik tersebut yaitu Wuling Air EV, Toyota bZ4X dan All New Hyundai Kona Electric.
Sama-sama berupa mobil listrik, namun terlihat lebih keren dan percaya diri ketika mengendarai Hyundai Kona Electric. Hal ini karena mobil Hyundai tersebut menawarkan desain futuristik.
Namun saat memasuki mobil, terasa nyaman Wuling Air EV. Hal ini lantaran mobil tersebut memiliki kabin yang sangat luas sehingga terasa lega.
Sementara ketika menyalakan mesin mobil, suaranya lebih halus Toyota bZ4X. Begitu pula ketika berkendara karena mobil Toyota ini terasa lebih bertenaga dan mampu melewati berbagai medan jalan.
Alasan Prospek Mobil Listrik MenjanjikanÂ
Selain memiliki nikel melimpah, prospek mobil listrik yang baik juga terlihat dari dukungan pemerintah. Hal ini karena pemerintah terus berupaya untuk mendorong ekosistem mobil listrik di tanah air dengan menyalurkan sejumlah insentif.
Wujud nyatanya yaitu dengan mengurangi PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Untuk mobil listrik sebesar 10%.
Lalu Insentif PPN Ditanggung Pemerintah atau DTP sebesar 10%. Insentif ini dari harga jual penyerahan mobil listrik tertentu sesuai kriteria nilai TKDN tingkat komponen dalam negeri 40%.
Tak hanya itu, pemerintah juga memiliki program insentif bea masuk dan PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah). Hal ini berlaku untuk mobil impor dalam keadaan komponen lengkap dan belum dirakit.
Periode insentif untuk impor ini berlaku sampai tahun 2025 mendatang. Dengan langkah tersebut, pemerintah berharap mampu meningkatkan penjualan mobil listrik di Indonesia.
Tak berhenti di situ saja karena prospeknya juga tampak jelas dari investasi yang gencar dilakukan oleh Indonesia. Untuk investasi terkait proyek baterai kendaraan listrik, ada jalinan kerjasama antara PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan Hong Kong CBL Limited.
Masa depan mobil listrik di Indonesia memang cukup baik. Harapannya, penjualan mobil listrik di tanah air bisa mengalami peningkatan. Apalagi teknologi mobil listrik terbukti ramah lingkungan sehingga memberikan keuntungan tersendiri.